Jalur Gaza, SPNA - Seorang peneliti Israel, Roital Amieran dalam sebuah artikel yang diterbitkan oleh surat kabar ibrani, Rabu (04/04/2018) Maariv mengungkapkan bahwa pejabat keamanan dan politik Israel tertekan setelah melakukan pembantaian terhadap demonstran damai dalam peringatan Great March of Return, Jum’at lalu di Jalur Gaza.
‘’Ia menambahkan bahwa pihak berwenang Israel tidak berdaya menghadapi para demonstran dan terpaksa menggunakan peluru tajam.‘’
“Tentara Israel hanya mampu menembaki demontran. Hal ini justru mengundang kritikan tajam terhadap pemerintah karena gagal menemukan solusi menghentikan mereka.’’
Amieran menambahkan bahwa masyarakat Israel tidak puas dengan kinerja militer Israel, khususnya warga permukiman selatan di perbatasan Jalur Gaza.
Setiap tanggal 30 Maret warga Palestina memperingati ‘’Great March Of Return’’ untuk mengenang peristiwa pembunuhan 6 warga Palestina dalam aksi protes terhadap pengusiran warga dan pencaplokan wilayah Palestina 30 Maret 1976 silam.
Dalam peringatan Great March of Return Jum’at lalu, puluhan ribu warga Palestina yang tidak bersenjata berkumpul di perbatasan Gaza untuk menerobos perbatasan. Sementara itu sejumlah besar pasukan Israel telah siaga di perbatasan menembaki para demosntran secara membabi buta. Akibatnya 17 warga Palestina gugur sementara 1500 lainnya luka-luka.
Sebelumnya Sekjen PBB Antonio Guterres dan Komisaris Tinggi Uni Eropa untuk Urusan Luar Negeri, Federica Mogherini, Sabtu (31/03/2018) menyerukan lembaga internasional untuk melakukan penyelidikan independen terhadap tindakan kriminal pasukan Israel yang membunuh demonstran Palestina, Jum’at kemarin.
(T.RS/S:Qudsnews)